Home » Ulasan Novel Romansa Stovia karya Sania Rasyid

Ulasan Novel Romansa Stovia karya Sania Rasyid

Judul: Romansa Stovia Penulis: Sania Rasyid

Identitas Buku

Judul: Romansa Stovia

Penulis: Sania Rasyid

Editor: Endah Sulwesi dan Apha Hambbaly

Desain Sampul: Ellen Halim

Tata Letak: Wendie Artswenda

Ukuran: 13.5 cm x 20 cm

Halaman: 364 Halaman

Cetakan ke-: 2 (Juli 2024)

Penerbit :Kepustakaan Populer Gramedia

ISBN: 978-623-134-208-9

Blurb

Kadang-kadang kita jatuh cinta kepada milik orang, kadang-kadang kepada orang yang berbeda agama. Dan yang ia hadapi adalah keduanya, komplet menjadi satu. Mengapa manusia selalu tergerak hatinya untuk meraih ketidakmungkinan?

Batavia, 1918. Yansen, pemuda Minahasa, hendak mewujudkan mimpi menjadi dokter di tanah air sendiri. Bersama Hilman pemuda Sunda, Sudiro pemuda Jawa, dan Arsan pemuda Minang, Yansen menemukan ikatan persahabatan di STOVIA. Masa lalu masing-masing tokoh turut membayangi perjalanan mereka selama belajar di sekolah kedokteran pertama di Hindia Belanda itu.

Fiksi berlatar Hindia Belanda di awal abad ke-20 ini menceritakan bagaimana keempat sekawan itu saling mendukung kala mereka menghadapi masalah hidup masing-masing, dari soal cinta, keluarga, lingkungan di sekolah, hingga misteri pembunuhan seorang pengusaha Belanda.

Ulasan

Membaca fiksi sejarah berat? Membosankan? Ngerasa bukan kamu banget?

Saranku, sih, singkirkan dulu pemikiran itu karena Romansa Stovia sepertinya berhasil mematahkan persepsi itu.

Romansa Stovia bercerita tentang empat sekawan yang berjuang untuk menyelesaikan pendidikan mereka di STOVIA, hasil ‘rebranding’ dari Sekolah Dokter Djawa pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Dengan latar belakang dan motivasi yang berbeda, mereka dipersatukan oleh ikatan persahabatan yang kuat. Selain tantangan pendidikan sendiri, mereka turut dibayang-bayangi masa lalu.

Cerita ini diramu dalam gaya penceritaan yang ringan dan gampang dimengerti. ‘Dosa’ yang sering dilakukan para penulis fiksi sejarah ialah terlalu banyak informasi alias info dump. Bukannya mendapat hiburan dengan membaca fiksi, pembaca malah dibuat begah karena berhadapan dengan banyaknya informasi tanpa mengaitkan dengan pengalaman atau tindakan para tokoh dalam cerita. Kerap kali gaya penceritaan seperti ini membuat para pembaca mengurungkan untuk melanjutkan membaca. Untungnya, Romansa Stovia berusaha memberikan informasi dengan porsi yang pas sesuai kebutuhan. Narasinya mengalir atau tidak terkesan dipaksakan. Mungkin karena main aman di sudut pandang orang pertama.

Berkaitan dengan sudut pandang, penulis menggunakan sudut pandang Yansen sebagai tokoh utama. Ia punya akses yang cukup untuk menceritakan tokoh lain karena sebagian besar waktu mereka dihabiskan bersama.

Sebagai tokoh utama, kisah hidup Yansen cukup kompleks sebenarnya, tetapi entah kenapa, saya dapat menyatakan bahwa Yansen bukanlah tokoh yang saya sukai bahkan nggak respect sama sekali. Yansen adalah salah satu orang yang paling egois di novel ini, meskipun katanya ia begitu mencintai pacarnya (berikutnya menjadi mantan pacarnya). Ditambah Ilham yang kesannya gampang berpindah ke lain hati, Arsan juga tak ada bedanya. Hanya Sudiro yang terbilang aman dan kisah hidupnya berhasil menarik simpati saya secara pribadi.

Saya senang sekali melihat kedekatan persahabatan empat sekawan tersebut. Namun, masih ada yang kurang. Karakter Sudiro, Ilham, dan Arsan masih perlu dieksplor lebih dalam lagi. Karakter mereka secara fisik sudah kebayang, latar belakang kehidupan mereka seperti keluarga dan tradisi juga sudah cukup. Kurangnya adalah saya merasa kisah mereka muncul dan lenyap begitu saja. Hanya sebagai penghias untuk menambah halaman di cerita ini. Seperti tidak ada pengaruh signifikan untuk hubungan mereka. Memang ada momen mereka berkonflik, tetapi kesannya terlalu gampang, padahal masalah mereka bukan masalah anak SD yang kalau berantam, disuruh minta maaf setelah itu bisa langsung lupa dan kembali ke semula. Tokoh di sini harusnya punya respons dan pertimbangan yang berbeda dong dari murid SD.

Romansa Stovia. Apakah judulnya sesuai dengan isinya?

Saya agak kesulitan menentukannya. Dua tema besar yang ada di sini adalah romansa dan persahabatan. Sayangnya, saya tidak bisa masuk untuk menikmati cerita romansanya. Cerita cinta di sini agak susah untuk dilihat sebagai kisah romantis yang butuh banyak pengorbanan. Semua tokoh kayak effortless aja begitu untuk mempertahankan cintanya. Kalau mau bilang ini drama persahabatan,  mungkin masih mendinglah.

Ada juga misteri yang dimasukkan. Saya menikmati banget bagian ini. Sayangnya keseruan sedikit berkurang karena selipan masalah-masalah yang seperti saya katakan di awal cuma jadi penghias. Saran saya, jika setiap karakter mau diberikan konflik, sebisa mungkin tetap pada koridor konflik utama. Nah, ini saya merasa kesulitan konflik utamanya apa. Padahal, konflik utama inilah yang seharusnya menciptakan klimaks kalau plot dibangun dengan baik. Vibes yang saya imajinasikan jadinya berubah-ubah seperti layaknya kita baca kumpulan cerita dalam satu buku antologi. Mungkin jika ingin belajar untuk menciptakan konflik utama, tetapi setiap karakter punya masalah sendiri-sendiri, yang klimaksnya akhirnya semua masalah karakter, penulis bisa mencari inspirasi drama Korea. Saya pikir keunggulan drama Korea kebanyakan itu adalah kelihaian mereka membuat storyline yang menarik dan tertata rapi.

Sebelumnya, terima kasih banget buat Kak Sania yang memberikan kesempatan untuk bisa baca gratis novel ini. Lengkap dengan tanda tangannya lagi. Kalian tahulah, ya, dapat novel dengan tanda tangan penulis itu sesuatu yang kelihatan simple, tetapi it’s another level of happines. Namun, sebagai pembaca, saya harus berusaha tetap menyampaikan pengalaman baca pribadi yang sebisa mungkin
diusahakan obyektif—yang bagaimanapun akan berakhir subyektif.

Berdasarkan opini yang saya sampaikan membuat novel ini menjadi novel yang buruk? Tentu kesimpulannya bukan itu. Pastinya saya tetap merekomendasikan untuk kalian yang mau memulai bacaan fiksi sejarah tanpa khawatir akan bahasa yang berat dan membosankan. Novel ini bisa jadi langkah pertama buat saya dan kamu yang mungkin dengan otak mungil ini agak susah mencerna meskipun sudah dalam kesadaran penuh saking terdoktrinnya dengan asumsi keliru tentang novel fiksi sejarah. Novel ini juga cocok banget buat kamu untuk belajar tipis-tipis tentang STOVIA karena setting yang dibangun itu dapat dipercaya, peristiwa-peristiwa yang dipilih untuk mendukung cerita bisa jadi tambahan informasi sejarah buat kita. Saya belajar cukup banyak istilah-istilah, budaya, dan kebijakan bahkan institusi-institusi pendidikan yang disebutkan di sini.

Semoga penulis tetap berkarya menghasilkan karya yang berkualitas dan menebar manfaat lebih luas lagi. Masukan di sini semoga bisa digunakan untuk menyempurnakan karya buku ini. Senang bisa berkenalan dengan penulis melalui karya yang pastinya digarap secara serius ini.

Ciptakan pengalaman bacamu sendiri, mari membaca dan berbahagialah.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top